SANTRI KALONG



Saat itu aku masih kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (SD) ketika Bapak mengajakku sowan Bu Nyai Muhyidin di PP Pesantren Miftahul Ulum Jejeran untuk menyerahkanku pada beliau, untuk mengaji pada beliau.
Sejak saat itu aktivitas keseharianku berubah. Setiap sore,  aku harus berangkat ngaji ke pondok yang jauhnya kira2 1,5 km dari rumah, menginap di sana, dan pulang keesokan harinya. Aktivitas utama di pondok tentu saja mengaji. Belajar membaca al-Qur'an dengan disimak satu persatu oleh bu Nyai dengan teliti. Antrinya bisa puanjaang, tergantung urut kedatangan.
Di luar aktivitas mengaji, tentu ada macam-macam aktifitas lain.
Aku dan teman-teman membawa bekal makanan dari rumah, kadang bawa uang untuk dibelikan makanan di warung dekat pondok, yang dimakan bersama-sama.
Pagi hari selepas sholat shubuh berjamaah, aku dan teman-teman berbondong-bondong pulang. Kadang-kadang teman-temanku sepakat enggak menginap. Jika demikian, mereka rela mengantarkanku pulang beramai-ramai sampai dekat rumah karena aku gak berani pulang sendiri malam hari.
Begituu yang kulakukan sampai dinyatakan khatam al-Qur'an kira2 kelas 1 Madrasah Tsanawiyah. Khataman adalah saat yang menyenangkan dan membanggakan bagi para santri, karena para santri yang khatam 'ditampilkan', membaca surat tertentu dalam al-Qur'an secara  bersama2 dalam sebuah'resepsi' syukuran atau perayaan dan disaksikan khalayak ramai... pakai seragam pulaa..
Ada banyak pelajaran yg kudapat dari proses 'nyantri' saat itu, mulai dari ketelatenan dan kedisiplinan dalam mengaji, taat dan tawadlu' pada guru, toleransi, kebersamaan, dan kepedulian dengan teman..
Tentu saja kemandirian dan kepercayaan diri.

Terima kasih Bapak dan Ibu yang telah membuatku menjadi santri, meskipun santri kalong :D

SITI ROHMAH NURHAYATI, dosen fip uny dan pegiat fatayat

Comments