KEHAMILAN DAN TEKANAN SOSIAL (KETIKA BUAH HATI TAK KUNJUNG TIBA (2)



Sebetulnya ada banyak dinamika psikologis yang terjadi pada kami selama menanti hadirnya anak. Namun sepertinya terlalu panjang dan kompleks untuk dituangkan di sini...  Apalagi 17 tahun bukan waktu yang pendek untuk sebuah penantian, tentu ada banyak hal yang harus kami hadapi.

Sebagaimana sudah saya singgung di status sebelumnya, tekanan sosial menjadi satu hal yang tidak mudah untuk dihadapi. Tidak sedikit pernyataan yang mengusik harga diri kami--saya dan suami saya, Mas Mohammad Nasikh Ridwan--, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Meskipun demikian, saya yakin bahwa semua itu di luar kesengajaan saudara atau teman-teman kami. Kita memang hidup di masyarakat yang masih memandang eksistensi kelekakian dan keperempuan dari hadirnya keturunan. Itu tidak bisa dihindari.

Belum hadirnya keturunan sering dikaitkan dengan kejantanan seorang laki-laki dan kesuburan seorang perempuan. Meskipun sumber masalahnya tidak selalu berkaitan dengan hal tersebut. Tapi begitulah sebagian masyarakat memandang makna kehadiran anak dalam sebuah keluarga. Saat hal tersebut dipertanyakan secara langsung kepada kami, ternyata hal itu dapat mengaduk-aduk emosi kami.

Ketika saya telah melewati masa-masa sentimentil dan bisa mengelola emosi dengan lebih baik, hal-hal semacam itu tidak terlalu mengganggu. Perspektif saya dalam memandang masalah semakin luas,  membuat saya bisa hidup dengan produktif dan bahagia...

Tekanan sosial memang menjadi satu masalah tersendiri, namun ada banyak teman dan saudara yang selalu mendukung, menghibur, dan memotivasi. Di luar upaya medis yang kami jalani, tidak sedikit yang menawarkan bantuan pada kami, menunjukkan tempat atau orang yang bisa kami datangi. Beberapa bahkan mengantarkan secara langsung ke pengobatan alternatif yang menurut beberapa riwayat berhasil membantu orang mendapatkan keturunan.

Begitulah kehidupan.... ada sisi yang menyedihkan, namun ada juga bagian yang menggembirakan... Dinamis dan mendewasakan...

Bantul, 5 Okt 2017


SITI ROHMAH NURHAYATI, dosen fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta

Comments