JALAN GURU : PUISI MUHAMMAD ASQALANI ENESTE, RIAU



Aku lihat putus asa dan harapan berjalan belang-belang macan, dia mendekati yang bersembunyi di balik gamang, jika aku berteriak putus asa, mungkin aku akan terkubur di kedalaman taringnya, dan jika harapan seinci demi seinci kutajamkan, sepuluh harimau lagi mampu kuhadang.
1.
Begitulah metafor guru dan murid di kantongku yang usang, hatiku hampir berlubang, saat kulihat dokter dari nadiku mengaku siuman.
2.
Anak-anak dengan sejuta identitas menberondongku, ada yang membawa iman, dan yang membantu aku membunuh iman. Hampir-hampir aku angkat tangan.
3.
Seperti telur yang pecah dari cangkang, ibu dari jiwaku yang kelebihan ajar kadang memilih menelantarkan, meski kembali kuingat kehidupan telah diciptakan, anak-anak ayam tak boleh kehilangan naungan sebelum fajar.
4.
Merah marah dan segala gairah, menyatu parah di mataku, sekali-kali aku akan padam, berkali-kali kemudian aku kepalkan tangan.
5.
Dendam telah kubakar dengan harapan-harapanku yang liar, di ladang amal, entah tuhan akan meletakkan timbang. Seberat surga seringan neraka, aku hanya ingin berjalan membawa tongkat yang kupukulkan jika aku percaya mati dalam kebenaran.

2017







#####

Muhammad Asqalani eNeSTe. Kelahiran Paringgonan 25 Mei 1988. Alumnus Pendidikan Bahasa Inggris - Universitas Islam Riau (UIR). Mengajar English for Flight di Smart Fast Education. Aktif di Community Pena Terbang (COMPETER) sebagai pengajar dan pembina. Sedang menunggu terbit buku puisinya yang terbaru, Mandele.

Comments