PEMBURU DOLAR, HOAX DAN KITA: DI BALIK DAPUR PEMBLOKIRAN KONTEN NEGATIF INTERNET (3)


Pada status saya beberapa bulan lalu, saya pernah menulis tentang dollar hunter, yakni kelompok atau oknum tertentu yang memanfaatkan isu populer dengan membuat situs yang berisi konten hoax, fitnah, atau konten negatif lainnya. Mereka memanfaatkan rating pengakses untuk mendapatkan dollar dari iklan yang ada di tampilan situs mereka.

Situs-situs tersebut akhirnya tidak ada ampun kami benamkan. Kami paham betul, motivasi mereka hanya soal uang. Bukan ideologi apalagi atas nama keyakinan agama! Meski beberapa diantara mereka mengajukan permohonan untuk unblock atau membuka kembali situs tersebut kepada tim kami, tim kami tetap tidak memberi ruang untuk mereka hidup kembali.

Kelompok saracen prediksi saya merupakan metamorfosa dari kelompok-kelompok yang menyadari betapa nikmatnya mendapat keuntungan dari memproduksi konten hatespeech sejak era Pilpres. Bedanya mereka lebih senang bermain di media sosial. Mereka bisa punya masa besar tanpa wujud nyata (follower) yang terkenal sangat loyal.

Mereka berasumsi media sosial adalah tempat yang dianggap paling aman untuk berlindung dibanding dengan membuat banyak situs seperti pada era generasi dollar hunter sebelumnya.

Tapi mereka lupa sebuah jargon, bahwa tidak ada kejahatan siber yang tidak meninggalkan jejak!

Dan akhirnya merekapun tercyduk! :)

+++

Saya tidak tertarik mengaitkan kelompok saracen dengan isu politik. Meski ada dugaan itu berkaitan dengan oknum politisi, belum tentu merepresentasikan kebijakan partai politik atau tokoh politik yang didukungnya.

Hatespeech memang tidak berkaitan langsung dengan politik seperti pilpres atau pilkada. Tapi saya rasa semua sepakat,  pilpres tahun 2014 dan pilkada DKI tahun 2017  telah mengubah media sosial yang tadinya penuh warna menjadi seolah-olah hanya ada hitam dan putih penuh benci dan puja-puja.

Tentang saracen, saya tertarik dengan informasi bahwa ada 800 ribu akun yang turut aktif membagikan atau berkontribusi atas tersebarnya konten hatespeech yang dibuat kelompok saracen.

Industri kebencian hadir karena ada pasar para haters. Meski sekilas angka 800 ribu memang sangat banyak, namun jika dibandingkan dengan jumlah akun fb di Indonesia hingga saat ini yang mencapai 115 juta, angka 800 ribu tidaklah banyak!

Tapi...meski pecandu hatespeech  tidak cukup banyak, tapi mereka sangat berisik!

Mereka seolah merepresentasikan keseluruhan isu di media sosial. Padahal mayoritas pengguna medsos adalah silent reader. Mereka masih malu-malu muncul meski tetap membaca dan mengikuti setiap timeline.

+++

Ada kawan yang bertanya bagaimana menyembuhkan para pecandu hatespeech? Saya jawab pecandu hatespeech mungkin hanya bisa disembuhkan oleh diri mereka sendiri. Mereka harus melakukan self healing dengan banyak mengingat Allah dengan dzikir dan perbanyak membaca Al Quran dan memahami makna serta esensi didalamnya!

Nah, persoalan utamanya adalah mereka sendiri tidak tahu kalau mereka adalah para pecandu hatespeech meski diagnosanya menunjukkan demikian! :)

+++

Kami di tim pemblokiran konten internet termasuk orang yang beruntung karena diberi kesempatan berada di area dimana kami bisa melihat persoalan di internet atau media sosial dari banyak sisi. Ibarat kami memandang sebuah kubus, dari 6 sisi kubus saya bisa melihat 4 sisi yang berbeda, sementara orang lain hanya bisa melihat dari satu sisinya saja.

Saran kami, jangan terlalu mengumbar benci atau menghamburkan puja-puja. Manusia tidaklah sempurna, politik bukan ilmu pasti, apa yang kita yakini benar belum tentu adalah yang benar, apa yang diyakini salah belum tentu salah!

Jangan sampai kita menertawakan diri kita di masa depan  karena mengingat kebodohan-kebodohan kita di masa kini!


TEGUH ARIFIYADI, pegawai negeri sipil


Comments