ANTROPOLOG RIAU: TAUKE MAMPU MENJADI INTI BUDAYA EKONOMI MARITIM
TARAKAN (20/08). Antropolog dan peneliti dari Riau, M Rawa El Amady, menyatakan bahwa isu maritim menjadi sangat seksi setelah Jokowi terpilih menjadi presiden dengan gagasan “Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”.
"Menurut pemikiran
saya, salah satu unsur terpenting untuk menjadikan Indonesia sebagai poros
maritim dunia adalah memahami budaya ekonomi maritim. Studi-studi tentang komunitas nelayan khususnya ekonomi nelayan
selalu melibatkan institusi tauke, bahkan sampai pada komunitas aliran
sungai tetap tidak bisa terlepas dari institusi tauke. Ini berarti institusi
tauke merupakan institusi yang sangat penting pada komunitas maritim, bahkan
menurut hemat saya institusi tauke sudah merupakan institusi ekonomi yang
memproduksi nilai-nilai budaya," ujar Antropolog Rawa. Dalam pandangan Rawa, budaya produksi oleh tauke adalah budaya
hutang, sebab itu budaya hutang merupakan elemen budaya ekonomi pada
komunitas nelayan. Bahkan sistem per-tauke-an merupakan inti dari sistem
ekonomi pada masyarakat nelayan.
"Mengapa institusi tauke bisa dikonstruksi sebagai budaya ekonomi
yang menjadi inti dari sistem ekonomi komunitas maritim? Secara
historis sudah sejak abad ke 18. Bahkan mungkin sebelumnya tauke sudah hadir di
komunitas maritim nelayan. Jadi sudah sangat mendarah daging pada masyarakat
pesisir dan aliran sungai maritim," tegas Rawa. Menurut Rawa, sedemikian lamanya bertahan sistem ini menandakan nilai-nilai tauke sudah turun menurun dan
sudah menjadi nilai dan norma yang dipatuhi. Dapat disebut
bahwa sistem pertauken sudah dipahami sebagai kultur ekonomi komunitas maritim. (ambau.id)
Comments
Post a Comment