SAJAK-SAJAK PUISI-PUISI PROF. FARUK, YOGYAKARTA: BOROBUDUR

SAJAK-SAJAK PUISI-PUISI PROF. FARUK, YOGYAKARTA: BOROBUDUR






BOROBUDUR


di satu negeri buddha bisa tertawa
para biksu mencari air sambil bercanda
di negeri lainnya biksu menanam sepi
menarik garis kaligrafi pada batu
dengan goresan konsentrasi tinggi
di sebuah negeri yang berbeda
buddha ditinggalkan sendiri
orang-orang berlarian memburu
dakwah di tengah kota

di negeri ini buddha tak pernah tertawa
terus membisu tanpa menanam apaapa
garis pada batu tak kunjung sampai
walau begitu banyak yang datang
tapi telinga tak panjangpanjang

mereka menawarkan makanan dan
mendaki puncak dengan palu
hingga aku tak tahu apakah kau moksa
atau sembunyi di balik batu
MENIUP API DI GUNUNG LEDANG

sudah berabadabad kutiup tungku itu
tapi apinya tak juga menyala
hanya abu beterbangan hingga mukaku
menjelma badut

cuaca berkhianat
lembab membuat kayu  tak kunjung kering
Dan hujan dapat datang tanpa diundang
Aku menunggu

Kau yang sudah jadi jalang
Cinta kilat tanpa hasrat
Tak lagi punya mimpi
Tak percaya masa depan
Kenapa menatapku seperti itu
Adakah yang lucu pada wajahku?

Aku menunggu
Sisa-sisa percintaan
Di abadabad silam
Yang semakin dihembus
Semakin lenyap
Dari kenangan

Aku menunggu
Di Gunung Ledang
Dengan abu di wajah
Begitu dungu


HIKAYAT POHON
Pada awalnya, kita belajar merangkak, berdiri dan berjalan bersama
Setegak pohon, ubahnya ranting kita masih berangkulan
Bertahan dari puting beliung dan prahara

Begitu bunga mulai berputik, diam-diam kita mulai saling curiga
mengatur strategi dan rencana

dan begitu putik menjadi buah
kita berebutan, bercakaran, saling baku hantam
lupa bahwa kita berasal dari akar yang sama

19 Februari 2011

AKU INGIN JADI LABALABA

Sudah berabadabad aku bertapa di goa ini
tubuhku sudah berubah jadi aneka hewan
ular yang melata, bergerak tanpa suara
menyambar secepat kilat, membuat korban mati seketika.
kera yang lincah, meloncat dari ranting ke ranting,
yang dengan kecerdasan manusia telah menipu ratusan buaya.
aku juga lipas yang tahan dalam segala cuaca, yang merayap
dari satu limbah ke limbah yang lain,yang kebal racun 
dan tak mudah terpedaya

Sekarang aku lalat yang terjerat di jaring
yang tak tahu lagi apakah aku sudah mati atau bertapa
atau aku hanya sedang dalam keadaan koma
dengan pikiran yang penuh labalaba
yang berjalan lincah di atas sarangnya

Tidakkah kau lihat, kawan. Tubuhku seperti diseret
semakin jauh ke dalam hingga yang ada hanya hitam masa silam
saat di kedalaman goa itu kulihat diriku yang lalu
membuat kesepakatan dengan setan
dengan anak-cucu sebagai imbalan

seperti diriku sekarang yang semakin bergerak semakin terikat
semakin melawan, semakin tertawan. seperti kata
yang tibatiba memenjara kita, yang hanya dapat dilawan
dengan kata yang sama

Aku ingin kembali menjadi pertapa
untuk jadi labalaba yang bebas dari penjara kata
tapi, lihatlah, tubuhku sudah mengempis dihisapnya
menjelma benangbenang halus yang melingkar
menjerat lalatlalat

lantai goa ini, kawan
adalah humus dari bangkai segala hewan
dari lipas, ular, harimau, hingga kera
yang terperangkap di jaring raksasa
yang terpaksa harus setia
karena ia seperti kata
ikatan janji leluhur
yang tak dapat dilawan
kalau tak jadi
labalaba

KAMERA DAN PERISTIWA

Aku punya dua hape dan satu kamera
Supaya semua peristiwa bermakna
bisa kusimpan dalam hardisk lima ratus giga
Tapi selalu saja aku kecewa
Semua yang kusimpan tak ada yang bermakna
Sedang kameraku selalu kalah cepat dari waktu
Yang mencuri setiap momen yang mempesona

Kadang aku merasa berhasil mengambilnya
Dengan bersemangat kubawa pulang
Dan kumasukkan ke dalam album di computer
Tapi, entah kenapa, aku selalu merasa ada yang tercecer
Apa yang kulihat dalam tangkapan pertama
Selalu tak kutemukan kembali di layar kaca
Lalu esoknya kukunjungi lagi tempat dan peristiwa yang sama
Tapi pesonanya telah tiada dan aku pulang dengan tangan hampa
sedang ribuan potret dan video dalam kamera
kutatap sebentar dan kusimpan juga





BIODATA PENULIS
Prof. Dr. Faruk, lahir di Banjarmasin 10 Februari 1957. Kini tinggal di Yogyakarta. Sebagai Guru Besar Prodi Ilmu Sastra di Fakultas Ilmu Budaya UGM. Pernah menjadi dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies, Korea (2007-2009). Selama menjadi pengajar di Jurusan Sastra Indonesia (S-1) dan Ilmu Sastra (S-2) UGM, Prof. Dr. Faruk, S.U telah menghasilkan banyak karya ilmiah yang telah dipergunakan sebagai buku acuan studi di beberapa universitas di Indonesia, diantaranya Sastra Indonesia, Kolonialisme, dan Ideologi Emansipatoris (2012), Metode Penelitian Sastra: Sebuah Eksplorasi Awal (2012), Pengantar Sosiologi Sastra edisi Revisi (2010), Belenggu Pasca-Kolonial: Hegemoni & Resistensi dalam Sastra Indonesia (2007), Postcolonial Condition of Indonesian novels. A Research Report for The Toyota Foundation  (Unpublished), Hanya Inul (2004), Novel-novel Indonesia Tradisi Balai Pustaka (2002), Beyond Imagination: Sastra Mutakhir dan Ideologi (2001), Women-womeni Lupus (2000), Kritik Sastra Tionghoa: Persoalan Etnis dan Ras (2000), Hilangnya Pesona Dunia: Siti Nurbaya, Budaya Minang, dan Struktur Sosial   Kolonial (1999). Selain sebagai pengajar sastra, Prof. Dr. Faruk aktif menggalakkan diskusi sastra dan budaya di PKKH UGM. Disela-sela kesibukannya, Dosen yang menjadi kebanggan para mahasiswanya ini selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi di luar kelas, memenuhi hasrat intelektual mahasiswanya.  

Comments