CERITA PENDEK SARINAH





Pelangi Setelah Hujan
Oleh Sarinah

Hujan selalu menitipkan cerita lewat rintikannya. Begitupun malam, juga pada setiap sudut ruang yang pernah kita jalani bersama. Benar kata hatiku dulu, akan sulit menerima keadaan hari-hari ke depan. Dengan banyaknya kenangan dan hal-hal manis yang kita rangkai berdua. Aku piker setelah perpisahan hari itu kita tak akan menyatu lagi, ternyata Tuhan menggoreskan tinta lain dalam lembaran yang akan kita lanjutkan.
Kuhabiskan banyak waktu menyibukkan diri, tak kubiarkan ada waktu kosong yang membuatku mengingatmu lama dan menitikkan kesedihan. Hal itu memang yang dulu sering terjadi ketika kita terpisah. Sejak bersama kita sering ditaklukan ego, kau dengan cara hidup mu dan aku dengan cara berpikirku. Kau dan aku sering kehabisan cara menyelesaikan pertengkaran, sampai akhirnya tak sekali dua kali kata pisah jadi luapan emosi yang kemudian disesalkan.
Jarak pun menjadi semakin susah untuk dimaklumi sebagai alas an mengapa kita harus lebih mendingin. Menyelesaikan semuanya dengan hati bukan ego pribadi. Kita sering terpecahkan oleh amarah, juga disatukan kembali oleh rindu dan rasa tak ingin kehilangan. Itulah kita.
“Good Morning @namatwitterku”
Aku terbangun oleh cahaya mentari yang menelisik lewat sela-sela jendela kamarku. Kucari handphone yang sejak malam ku charger di atas meja tepat di samping pembaringan. Dengan mata sedikit sembab aku melihat notice mention darimu. Aku kira marah mu beberapa hari lalu membuat kita tak akan saling sapa lagi. Kau yang beberapa hari lalu melontarkan kalimat kekecewaan dan dengan murkanya mengakhiri hubungan yang sudah kita jalani hampir 2 tahun terakhir ini.
Aku langsung membalas mention mu lewat direct message pribadi.
“Hey, masih marah? Maafin yaa”
“Aku yang salah, egois.”
“Sama-sama salah, sama-sama maafin. Jangan lagi deh kayak gene, bikin kepikiran”
“Iya iya, jaga kesehatan di sana. Doain juga biar cepat ketemu”
Ini bukan pertama kalinya. Kita sudah sering bertengkar kemudian dengan mudah nya mengusaikan hubungan. Dari hal kecil seperti menunggu ditelfon, pulang larut malam, sampai batal pulang liburan bersama sering menjadi pemicu perdebatan diantara kita.
Beberapa teman sering bertanya “Apasih yang kamu tunggu dari dia? Banyak yang lain, yang jelas-jelas di depan mata”
Aku hanya tersenyum mendengar setiap kali sahabat atau teman yang sering menasihatiku.
Mereka keliru. Mereka tahu betapa sulit sejak awal aku menunggu penyatuan di antara kita. Mulai aku yang menyimpan perasaan lebih dulu, kemudian kamu yang sikapnya sedikit sulit ditebak. Kita yang dulu hanya teman sekolah yang masing-masing diam memendam perasaan. Ketika sudah bertahun-tahun menjalin hubungan, tidak mungkin aku melepasmu hanya karena jarak ataupun pertengkaran yang sering terjadi.
Aku percaya penuh padamu. Kulupakan apapun celamu selama menjalani hubungan jarak jauh denganku. Kumaafkan semua, termasuk saat kaudekati wanita lain di sana demi membuang penat dalam kesibukanmu. Aku terluka, bahkan terpecah semangatku dari kejauhan. Kausempat menyandarkan lelahmu pada yang lain selain aku. Itu kesalahan terbesarmu dulu, tapi kumaafkan.
Beberapa hari lagi kita akan bertemu. Hari yang paling kita tunggu. Sering kita jadikan pembahasan pertama setiap kali tersambung via telefon, banyak rencana yang ingin kita lakukan berdua. Termasuk mengenalkan aku pada orang tuamu.
Ini kebahagiaanku. Sejak awal masa study S1 yang kita lakoni di kota yang berbeda, aku merasa hal inilah yang paling manis kauberikan untukku. Kau semakin dewasa dalam bersikap, bias mengendalikan emosimu saat marah dan selalu ada saat kau tahu aku sedang dalam keadaan yang kurang baik.
Semua keraguan sahabat-sahabatku terhadapmu mampu kita patahkan bersama. Semua sendu dalam kebersamaan mampu kita lewati. Kebahagiaanku tak sampai di sini, Orang tuamu menerimaku dengan baik. Lingkungan keluarga kita yang berbeda ternyata sama sekali tidak diperdulikan oleh mereka. Keluargamu begitu manis menjamuku, seperti anak perempuannya sendiri.
Dari balik pintu aku melihat mu tersenyum memandangku yang sedang bercerita dengan ibumu dengan sedikit lelucon tentang cerita masa kecilmu.
Kita adalah coretan tinta yang indah dari Tuhan. Kita tidak pernah kalah dengan apapun masalah yang kita hadapi. Itulah alas an kenapa kita terus ada untuk saling melengkapiJ

+++++
SARINAH adalah cerpenis muda dari Malinau, Kalimantan Utara. Saat ini sedang berjuang menyelesaikan studinya di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UBT. Selain studi, ia juga aktif menggerakkan komunitas OPOB, komunitas yang bergerak dalam gerakan literasi untuk anak-anak di daerah terluar, terdepan dan tertinggal. Ia banyak mengikuti kegiatan seperti Jambore Literasi di Palu, Bimtek Literasi, juga Pemuda Maritim.

Comments